KISAH SUNAN BONANG ( Makdum Ibrahim)
Segala Puji
Milik Allah atas segala karunia-Nya kepada kita semua, segala kenikmatan yang
tidak akan pernah kita sanggup untuk membalasnya, bahkan pun jika seluruh ‘amal
kebajikan manusia sejak Nabi Adam hingga akhir zaman dikumpulkan, tidak akan
ada nilainya dibanding setetes nikmat yang Allah turunkan ke muka bumi. Diblog
ini saya akan menceritakan sedikit cuplikan kisah Nabi Ismail a.s, semoga
kisah-kisah beliau dapat menjadikan kita semua yang membacanya menjadi pribadi
yang lebih baik lagi. Amin.
Ia
anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya
adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan
bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban. Beliau adalah salah
satu pejuang di tanah jawa,juga seorang tokoh pejuang islam di tanah jawa,Juga
seorang Pendiri kerajaan Islam di Demak,Jawa Tengah,Area dakwah nya ada di jawa
tengah dan jawa timur,khusus nya di daerah tuban dan lasem.Dua kabupaten ini adalah
wilyah yang bersebelahan,Kabupaten Tuban masuk wilayah jawa timur, sedangkan
Kabupaten Lasem(sekarang kabupaten Rembang) masuk wilayah jawa-tengah.
Sunan Bonang belajar agama dari
pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk
berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri,
yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid
Sangkal Daha. Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah
-sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat
pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar.
Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan
bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak
pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat
sulit. Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura
maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan
di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh
masyarakat Bawean dan Tuban. Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih,
ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah
bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin,
tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang
sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang. Ajaran
Sunan Bonang berintikan pada filsafat 'cinta'('isyq). Sangat mirip dengan
kecenderungan Jalalludin Rumi.
Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan
kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya
secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat.
Semoga dengan tulisan ini
terungkap kilas sejarah betapa Sunan Bonang memiliki pengaruh yang sangat
kuat sehingga Kolonial Belanda sangat gentar dan takut, berbagai cara serta
upaya untuk menghilangkan pengaruh beliau tersebut agar langkah penjajahan Kolonialisme
tidak ada yang menghalangi.
silahkan baca kisah-kisah lainnya disini
silahkan baca kisah-kisah lainnya disini
Terimakasih gan atas infonya yang bermanfaat ini, visit balik ya http://shalat-sunah-tasbih.blogspot.com/
BalasHapus