Nabi Tsits
Segala Puji
Milik Allah atas segala karunia-Nya kepada kita semua, segala kenikmatan yang
tidak akan pernah kita sanggup untuk membalasnya, bahkan pun jika seluruh ‘amal
kebajikan manusia sejak Nabi Adam hingga akhir zaman dikumpulkan, tidak akan
ada nilainya dibanding setetes nikmat yang Allah turunkan ke muka bumi. Diblog
ini saya akan menceritakan sedikit cuplikan kisah Nabi Ismail a.s, semoga
kisah-kisah beliau dapat menjadikan kita semua yang membacanya menjadi pribadi
yang lebih baik lagi. Amin.
Menurut Islam
nabi Syits as adalah "karunia/hadiah" yang diberikan Allah kepada
nabi Adam as setelah kematian Habil. Meskipun tidak disebutkan di dalam Al
Quran, umat Islam memandang nabi Syits as sebagai seorang nabi seperti ayahnya,
dan orang yang melanjutkan mengajar umat manusia setelah kematian nabi Adam as.
Literatur Islam menyatakan bila nabi Syits as lahir saat nabi Adam as berusia
100 tahun lebih dan saat nabi Adam as meninggal, beliau as telah berwasiat
memilih nabi Syits as untuk melanjutkan tugas kenabian membimbing umat manusia.
Nabi Adam as juga mengingatkan untuk merahasiakan hal ini dari Qabil seorang
pendengki. Islam seperti juga Yahudi dan Kristen berpendapat jejak silsilah
keturunan manusia kembali kepada nabi Syits as, sebab Habil tidak meninggalkan
keturunan sedangkan keturunan Qabil dihancurkan pada Banjir Besar. Beberapa
muslim percaya bahwa makam nabi Syits as terletak di desa Al-Nabi Shayth
(secara harfiah berarti nabi Syits) dimana sebuah masjid (yang dinamai dengan
namanya) dibangun di daerah tersebut. Dan makam nabi Syits as terletak
didalamnya.
Nabi Syits dalam Cerita Jawa (Java)
Keturunan Nabi Adam yang diangkat menjadi
nabi hanya satu; Nabi Syits (Set, dalam bahasa Ibrani; Sang Hyang Esis, dalam
bahasa Jawa). Syith merupakan keturunan Adam yang lahir tunggal (semua anak
Adam dilahirkan kembar) diturunkan Yang Mahaesa sebagai pengganti anak Adam
yang terbunuh. Rupa Syith sangat mirip dengan rupa Adam dan menjadi
satu-satunya manusia yang memiliki kebijaksanaan terhebat sepanjang masa. Begitu
mengasihinya Adam meminta pada Yang Mahaesa supaya kelak keturunan Syits
diizinkan menjadi penguasa atas keturunan saudara-saudaranya. Saat berdoa,
Malaikat Ngajajil (Iblis) ternyata mencuri dengar. Ngajazil paham, bila doa
Adam akan selalu didengar dan dikabulkan Yang Mahaesa. Seketika itu pula,
tumbuh keinginan Ngajazil untuk mencampurkan darah keturunannya dengan darah
keturunan Syits. Malaikat Ngajazil terus mengintai Syith dan menunggu
kesempatan mencampurkan darah keturunannya. Maka ketika Syith menikah dengan
Dewi Mulat, pada suatu malam, Dewi Mulat di-sirep, diambil Ngajazil, lalu
keberadaannya digantikan putrinya, Dewi Dlajah, yang telah beralih rupa menjadi
Dewi Mulat. Setelah dibuahi, Malaikat Ngajazil langsung mengangkat Dewi Dlajah
dan mengembalikan Dewi Mulat. Pada suatu pagi, Dewi Mulat melahirkan dua orang
anak; satu berwujud laki-laki normal dan satunya berupa cahaya berkilauan
(kasat mata). Sore harinya Dewi Dlajah juga melahirkan, wujudnya berupa
gumpalan darah yang berkilauan. Oleh Malaikat Ngajazil, gumpalan darah
berkilauan itu disatukan cahaya berkilauan anak Dewi Mulat. Dari hasil
penggabungan itu, muncullah seorang anak laki-laki yang cakap. Anak Dewi Mulat
diberi nama Sayid Anwas, sedang anak campuran Dewi Mulat dan Dewi Dlajah diberi
nama Sayid Anwar.
Sayid Anwas maupun Sayid Anwar memiliki rupa yang sangat tampan. Sayid Anwas besar dalam perlindungan Adam, sedang Sayid Anwar besar dalam asuhan Ngajazil. Sebagai keturunan yang terberkati, keduanya memiliki kemampuan yang sama-sama hebat. Bedanya, Sayid Anwas gemar mempelajari ilmu agama, sedang Sayid Anwar gemar tirakat dan bertapa. Ketika Sayid Anwar dewasa, dia bertanya pada Dewi Dlajah tentang siapa ayah sejatinya. Maka diberitahulah Sayid Anwar bila dia merupakan keturunan Syith. Pada Dewi Dlajah dan Ngajazil, Sayid Anwar berpamitan untuk menjumpai sang ayah. Ketika berjumpa dengan Syith, terkejutlah sang ayah. Semula Syith tidak mau mengakui keberadaannya, tetapi setelah Yang Mahaesa membisikan mengenai asal-usal Sayid Anwar, barulah Nabi Syith menerima kenyataan itu. Sayid Anwas dan Sayid Anwar kemudian besar dalam asuhan Adam. Ketika melihat Sayid Anwas dan Sayid Anwar, Adam mulai paham bila Sayid Anwas kelak akan melahirkan keturunan yang mempertahankan ajaran agama, sedang Sayid Anwar kelak akan melahirkan keturunan yang menghancurkan ajaran agama. Dalam asuhan Adam, Sayid Anwar melanggar pantangan dengan meminum air kehidupan yang membuat hidupnya abadi. Mengetahui itu, Nabi Adam marah lalu mengusir Sayid Anwar. Sayid Anwar sangat kecewa dengan sang kakek lalu pergi berkelana. Di tengah perjalanan dia bertemu Malaikat Harut dan Marut yang menyesatkannya menuju ke arah Sungai Nil dan bertemu dengan beberapa anak Adam lainnya. Dengan sang paman, Sayid Anwar belajar ilmu melihat masa depan (semacam ilmu laduni) dan berbagai ilmu hebat lain. Usainya, Sayid Anwar melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju pulau kecil di antara Pulau Maldewa dan Laksdewa, yang bernama Lemah Dewani. Di situlah Sayid Anwar melakukan tapa brata dengan cara melihat matahari mulai terbit sampai tenggelam. Setelah tujuh tahun bertapa, daya linuwih pada Sayid Anwar terolah hebat sehingga bisa menghilang (kasat mata). Dalam pengembaraannya di Lemah Dewani, Sayid Anwar banyak bertarung dengan para jin dan membuat mereka tunduk di bawah kekuasaannya. Mendengar kehebatan Sayid Anwar, lama-lama banyak kaum jin yang memilih mengabdi padanya.
Kejadian tersebut sangat mengganggu Prabu Nuradi, raja para jin yang menguasai Lemah Dewani. Prabu Nuradi melabrak Sayid Anwar dan mengajaknya bertarung. Dalam pertarungan itu Orabu Nuradi kalah dan tunduk pada kekuasaan Sayid Anwar. Prabu Nurani memilih turun tahta lalu mengangkat Sayid Anwar menjadi raja para jin dan menyerahkan putrinya menjadi isteri. Ketika menjadi raja jin, Sayid Anwar mendapatkan gelar Prabu Nurasa. Prabu Nurasa yang telah memiliki kehidupan abadi, kemudian tinggal di tempat tinggi dan meminta izin pada Yang Mahaesa untuk mengangkat diri sebagai Tuhan Semesta Alam. Yang Maha esa mengabulkan dan membiarkan Prabu Nurasa murtad dari ajaran keturunan Nabi Adam. Ketika menjadi raja, Lemah Dewani diubah nama menjadi Tanah Jawi (Tanah Jawa). Dari Prabu Nurasa lahirkan keturunan-keturunannya yang kemudian menjadi para dewa mulai dari Batara Guru sampai raja-raja di Tanah Jawi. Di lain pihak, Sayid Anwas yang besar dalam asuhan Nabi Adam, keturunanya kemudian menjadi manusia-manusia terpilih mulai Nabi Idris, Ibrahim, Musa, Isa sampai Muhammad. Keturunan Sayid Anwas juga menumbuhkan suku-suku bangsa superior seperti bangsa Israil, bangsa Arab, bangsa Arya dan bangsa-bangsa besar lainnya. Di lain pihak keturunan Sayid Anwar, karena juga mendapatkan berkah dari doa Adam, juga banyak melahirkan bangsa-bangsa besar pada masa-masa kerajaan Jawa. Tidak sedikit raja-raja keturunan Sayid Anwar yang menguasai bangsa-bangsa lain di permukaan bumi. Dalam perputaran peradaban, keturunan Sayid Anwar dan Sayid Anwas telah banyak yang bersilangan. Persilangan-persilangan inilah yang membuat kehidupan mereka tumpang-tinduh. Ada keturunan Sayid Anwas yang kemudian mengikuti jejak pemikiran Sayid Anwar yang sesat. Sebaliknya, tidak sedikit pula keturunan Sayid Anwar yang kembali pada ajaran nenek moyang mereka dan menganut agama yang diajarkan Adam serta leluhur mereka Nabi Syith. Terlepas dari semua itu, keturunan-keturunan Sayid Anwas maupun Sayid Anwar sama-sama memiliki darah superioritas yang membuat mereka banyak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa lainnya
Sayid Anwas maupun Sayid Anwar memiliki rupa yang sangat tampan. Sayid Anwas besar dalam perlindungan Adam, sedang Sayid Anwar besar dalam asuhan Ngajazil. Sebagai keturunan yang terberkati, keduanya memiliki kemampuan yang sama-sama hebat. Bedanya, Sayid Anwas gemar mempelajari ilmu agama, sedang Sayid Anwar gemar tirakat dan bertapa. Ketika Sayid Anwar dewasa, dia bertanya pada Dewi Dlajah tentang siapa ayah sejatinya. Maka diberitahulah Sayid Anwar bila dia merupakan keturunan Syith. Pada Dewi Dlajah dan Ngajazil, Sayid Anwar berpamitan untuk menjumpai sang ayah. Ketika berjumpa dengan Syith, terkejutlah sang ayah. Semula Syith tidak mau mengakui keberadaannya, tetapi setelah Yang Mahaesa membisikan mengenai asal-usal Sayid Anwar, barulah Nabi Syith menerima kenyataan itu. Sayid Anwas dan Sayid Anwar kemudian besar dalam asuhan Adam. Ketika melihat Sayid Anwas dan Sayid Anwar, Adam mulai paham bila Sayid Anwas kelak akan melahirkan keturunan yang mempertahankan ajaran agama, sedang Sayid Anwar kelak akan melahirkan keturunan yang menghancurkan ajaran agama. Dalam asuhan Adam, Sayid Anwar melanggar pantangan dengan meminum air kehidupan yang membuat hidupnya abadi. Mengetahui itu, Nabi Adam marah lalu mengusir Sayid Anwar. Sayid Anwar sangat kecewa dengan sang kakek lalu pergi berkelana. Di tengah perjalanan dia bertemu Malaikat Harut dan Marut yang menyesatkannya menuju ke arah Sungai Nil dan bertemu dengan beberapa anak Adam lainnya. Dengan sang paman, Sayid Anwar belajar ilmu melihat masa depan (semacam ilmu laduni) dan berbagai ilmu hebat lain. Usainya, Sayid Anwar melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju pulau kecil di antara Pulau Maldewa dan Laksdewa, yang bernama Lemah Dewani. Di situlah Sayid Anwar melakukan tapa brata dengan cara melihat matahari mulai terbit sampai tenggelam. Setelah tujuh tahun bertapa, daya linuwih pada Sayid Anwar terolah hebat sehingga bisa menghilang (kasat mata). Dalam pengembaraannya di Lemah Dewani, Sayid Anwar banyak bertarung dengan para jin dan membuat mereka tunduk di bawah kekuasaannya. Mendengar kehebatan Sayid Anwar, lama-lama banyak kaum jin yang memilih mengabdi padanya.
Kejadian tersebut sangat mengganggu Prabu Nuradi, raja para jin yang menguasai Lemah Dewani. Prabu Nuradi melabrak Sayid Anwar dan mengajaknya bertarung. Dalam pertarungan itu Orabu Nuradi kalah dan tunduk pada kekuasaan Sayid Anwar. Prabu Nurani memilih turun tahta lalu mengangkat Sayid Anwar menjadi raja para jin dan menyerahkan putrinya menjadi isteri. Ketika menjadi raja jin, Sayid Anwar mendapatkan gelar Prabu Nurasa. Prabu Nurasa yang telah memiliki kehidupan abadi, kemudian tinggal di tempat tinggi dan meminta izin pada Yang Mahaesa untuk mengangkat diri sebagai Tuhan Semesta Alam. Yang Maha esa mengabulkan dan membiarkan Prabu Nurasa murtad dari ajaran keturunan Nabi Adam. Ketika menjadi raja, Lemah Dewani diubah nama menjadi Tanah Jawi (Tanah Jawa). Dari Prabu Nurasa lahirkan keturunan-keturunannya yang kemudian menjadi para dewa mulai dari Batara Guru sampai raja-raja di Tanah Jawi. Di lain pihak, Sayid Anwas yang besar dalam asuhan Nabi Adam, keturunanya kemudian menjadi manusia-manusia terpilih mulai Nabi Idris, Ibrahim, Musa, Isa sampai Muhammad. Keturunan Sayid Anwas juga menumbuhkan suku-suku bangsa superior seperti bangsa Israil, bangsa Arab, bangsa Arya dan bangsa-bangsa besar lainnya. Di lain pihak keturunan Sayid Anwar, karena juga mendapatkan berkah dari doa Adam, juga banyak melahirkan bangsa-bangsa besar pada masa-masa kerajaan Jawa. Tidak sedikit raja-raja keturunan Sayid Anwar yang menguasai bangsa-bangsa lain di permukaan bumi. Dalam perputaran peradaban, keturunan Sayid Anwar dan Sayid Anwas telah banyak yang bersilangan. Persilangan-persilangan inilah yang membuat kehidupan mereka tumpang-tinduh. Ada keturunan Sayid Anwas yang kemudian mengikuti jejak pemikiran Sayid Anwar yang sesat. Sebaliknya, tidak sedikit pula keturunan Sayid Anwar yang kembali pada ajaran nenek moyang mereka dan menganut agama yang diajarkan Adam serta leluhur mereka Nabi Syith. Terlepas dari semua itu, keturunan-keturunan Sayid Anwas maupun Sayid Anwar sama-sama memiliki darah superioritas yang membuat mereka banyak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa lainnya
silahkan baca kisah-kisah lainnya disini