Source: http://www.amronbadriza.com/2012/03/cara-memasang-meta-tag-keyword-dan.html#ixzz2KZdTLINz

Kamis, 07 Februari 2013

SUNAN BONANG ( Makdum Ibrahim)


KISAH SUNAN BONANG ( Makdum Ibrahim)

nabi dan wali

Segala Puji Milik Allah atas segala karunia-Nya kepada kita semua, segala kenikmatan yang tidak akan pernah kita sanggup untuk membalasnya, bahkan pun jika seluruh ‘amal kebajikan manusia sejak Nabi Adam hingga akhir zaman dikumpulkan, tidak akan ada nilainya dibanding setetes nikmat yang Allah turunkan ke muka bumi. Diblog ini saya akan menceritakan sedikit cuplikan kisah Nabi Ismail a.s, semoga kisah-kisah beliau dapat menjadikan kita semua yang membacanya menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Amin.
                Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban. Beliau adalah salah satu pejuang di tanah jawa,juga seorang tokoh pejuang islam di tanah jawa,Juga seorang Pendiri kerajaan Islam di Demak,Jawa Tengah,Area dakwah nya ada di jawa tengah dan jawa timur,khusus nya di daerah tuban dan lasem.Dua kabupaten ini adalah wilyah yang bersebelahan,Kabupaten Tuban masuk wilayah jawa timur, sedangkan Kabupaten Lasem(sekarang kabupaten Rembang) masuk wilayah jawa-tengah.
                Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha. Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit. Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban. Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang. Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat 'cinta'('isyq). Sangat mirip dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat.
             Semoga dengan tulisan ini terungkap kilas sejarah betapa Sunan Bonang memiliki pengaruh yang sangat  kuat sehingga Kolonial Belanda sangat gentar dan takut, berbagai cara serta upaya untuk menghilangkan pengaruh beliau tersebut agar langkah penjajahan Kolonialisme tidak ada yang menghalangi.
silahkan baca kisah-kisah lainnya disini

1 komentar:

  1. Terimakasih gan atas infonya yang bermanfaat ini, visit balik ya http://shalat-sunah-tasbih.blogspot.com/

    BalasHapus